Cabai (Capsicum sp.) merupakan salah satu bahan
pangan yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Cabai berasal dari
Peru, namun penyebarannya bermula dari Benua Amerika, kemudian ke Benua Asia,
Afrika, dan Eropa. Cabai merah merupakan salah satu jenis tanaman dari suku
terung-terungan (Solanaceae atau Nightshade). Tanaman ini merupakan
tanaman semusim yang mudah tumbuh di dataran rendah. (Grolier, 1996)
Kebutuhan akan cabai
ini semakin meningkat setiap tahunnya. Pada umumnya masyarakat luas menggunakan
cabai sebagai bahan masakan yang dapat memberikan rasa pedas dan pembangkit
selera makan. Tingginya kebutuhan akan cabai ini menyebabkan harga cabai
cenderung mahal.
Cabai merupakan
tanaman yang mempunyai kandungan air yang cukup tinggi, sehingga cabai segar
tidak tahan untuk disimpan dalam waktu yang lama. Untuk itu diperlukan tempat
penyimpanan cabai khusus. Mengingat tingginya kebutuhan akan cabai, dilakukan
berbagai penelitian terhadap cabai. Salah satunya adalah mengambil kandungan capsaisin
pada cabai dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut tertentu.
Capsaisin adalah zat yang mengakibatkan rasa
pedas pada cabai. Capsaisin yang telah diekstraksi dari cabai diperoleh
dalam bentuk oleoresin. Oleoresin capsaisin lebih mudah larut dalam makanan. Penggunaan
oleoresin dapat mengurangi biaya transportasi karena volum per satuan berat
akan berkurang dan penyimpanannya lebih mudah.
Oleoresin capsaisin
selain sebagai bumbu masakan juga memiliki manfaat-manfaat lain, yaitu sebagai
bahan pembuatan ginger beer. Capsaisin juga mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi pada bidang farmasi, yaitu sebagai obat oles untuk membantu
menghilangkan rasa sakit atau nyeri akibat penyakit saraf, nyeri pada otot
persendian, akibat radang, sakit punggung ringan, serta otot tegang dan
keseleo. Cara pengobatan sakit seperti itu diobati menggunakan obat yang dapat
memberikan rasa hangat pada daerah yang diinginkan, sehingga menjadi mati rasa.
Oleh karena itu capsaisin digunakan
oleh para ahli sebagai pengobatan, dengan menempelkannya pada kulit pasien
sampai terasa panas, lalu dilepaskan. Selain untuk meredakan rasa sakit atau
nyeri, capsaisin juga diujicobakan sebagai obat penghambat kanker
leukimia (Ito, 2004), obat kanker prostate(Mori, 2006), maupun sebagai obat
diabetes sebagaimana yang telah diteliti oleh peneliti asalToronto, Canada
(Razavi, 2006). Selain itu juga digunakan sebagai biological pesticide dan dalam pembuatan gas air mata.
Cabai
terdiri dari beberapa jenis berdasarkan tingkat kepedasannya. Rasa pedas cabai
disebabkan oleh zat yang disebut capsaisin. Capsaisin memiliki
rumus molekul C18H27NO3 dengan nama IUPAC 8-methyl-N-vanillyl-6-nonenamide, (CH3)2CHCH=CH(CH2)4CONHCH2C6H3-4-(OH)-3-(OCH3)).
Umumnya cabai mengandung 0.1-1.0% capsaisin.
Capsaisin terdapat pada biji, kulit, dan daging buah cabai. Zat ini
banyak digunakan sebagai biological pesticide dalam melawan serangga dan
rodent. Sebagai pestisida, capsaisin digunakan di dalam ruangan (karpet
dan furniture) dan juga di luar
ruangan (lahan buah dan sayur). Selain itu capsaisin digunakan dalam
pembuatan gas air mata. (http//wikipedia.com, 2010)
Derajat kepedasan cabai dinyatakan dalam ppm atau ppb. Di
dalam dunia industri, ukuran standar untuk mengukur kekuatan cabai yaitu Scouville Unit. Capsaisin murni
memiliki Scouville Unit 16
juta.(pepper.html, 2002)
Ekstraksi padat-cair
adalah salah satu cara yang digunakan dalam operasi pengambilan zat dalam bahan
padat menggunakan solven cair. Sering disebut sebagai leaching, lixiviation,
dan washing. Prinsip ekstraksi ini
adalah dengan cara melarutkan padatan yang mengandung senyawa tertentu ke dalam
pelarut organik. Proses ekstraksi biasanya disertai dengan proses pemisahan
solut dari pelarutnya, misalnya pemisahan minyak cengkeh dari n-heksana.
Padatan harus dipecah atau dicacah terlebih dahulu agar ukurannya semakin kecil
dan luas permukaannya semakin besar, sehingga kecepatan transfer massa
meningkat.
Dasar pemilihan
pengambilan capsaisin dengan cara ekstraksi adalah perbedaan daya larut
dari tiap-tiap komponen ke dalam zat pelarut. Mekanisme ekstraksi padat-cair
umumnya terdiri dari dua langkah, yaitu:
1.
Kontak antara
solven dengan bahan padat untuk diambil solutnya
Pada langkah ini
terjadi perpindahan massa solut dari padatan ke dalam cairan dan berlangsung
melalui dua tahapan proses, yaitu difusi (dari badan padatan ke permukan
padatan) dan perpindahan massa (dari permukaan padatan ke badan cairan).
Kedua proses ini
berlangsung seri, jika salah satu tahapan lebih cepat, maka tahapan yang lebih
lambat akan menentukan kecepatan proses. Bila ukuran padatan relatif kecil,
maka difusi solut dari badan padatan ke permukaan berlangsung sangat cepat
sehingga kecepatan ekstraksi ditentukan oleh kecepatan perpindahan massa solut
dari permukaan ke badan cairan. Sebaliknya, bila ukuran padatan relatif besar,
maka difusi solut dari badan padatan ke permukaan berlangsung sangat lambat
sehingga kecepatan ekstraksi ditentukan oleh difusi solut dari badan padatan ke
permukaannya. Oleh karena itu pada praktikum ini digunakan ukuran padatan yang
relatif kecil, sehingga kecepatan ekstraksi hanya dikontrol oleh kecepatan
perpindahan massa capsaisin dari permukaan padatan ke cairan.
2.
Pemisahan
cairan ekstrak dari rafinat.
Kadar zat dalam
ekstrak semakin besar dengan jangka waktu yang lama tetapi pada suatu saat akan
tercapai keadaan kesetimbangan padat-cair yakni keadaan dimana kadar zat dalam
ekstrak relatif tetap atau tidak ada perubahan konsentrasi di masing-masing
fase.
No comments:
Post a Comment