Pada analisis limbah sering kita menggunakan analisis kadar COD yang terdapat dalam limbah tersebut. COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi sempurna secara kimiawi senyawa organik dalam air menjadi senyawa akhir anorganik. Pengukuran dengan COD dapat digunakan untuk menentukan jumlah senyawa organik dalam suatu sampel air. COD dinyatakan dalam satuan mg/L, yang artinya massa oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi 1 liter larutan atau sampel air.
COD dapat dikurangi kadarnya dengan cara oksidasi
secara kimia, bio-oksidasi, ataupun adsorpsi. Pemilihan proses cara
mengoksidasi itu sendiri tergantung dari berbagai faktor, terutama kadar COD (Chemical Oxygen Demand) dan komponen
polutan lain yang terdapat dalam air limbah.
Banyak metode yang digunakan untuk pengolahan limbah
cair, salah satunya adalah AOP. Advanced Oxidation Process (AOP) adalah
salah satu alternatif baru yang
dikembangkan untuk pengolahan limbah organik. Advanced Oxidation Process (AOP) merupakan proses oksidasi dengan radikal hidroksil (OH-),
yang sangat reaktif, yang dapat mengoksidasi limbah organik berbahaya menjadi
senyawa yang lebih aman bagi lingkungan dan keberadaannya sangat singkat. Advanced Oxidation Process (AOP) ini menjadi salah satu alternatif baru pengembangan
pengolahan limbah organik. (Martins, 1998). Keunggulan
AOP dibandingkan dengan metode pengolahan limbah organik yang lain adalah tidak
menghasilkan hasil samping yang berbahaya, seperti sludge. Secara umum, jika digunakan pada tempat yang tepat, AOP
dapat memberikan kemungkinan mereduksi senyawa organik dari beberapa ratus
bahkan ribuan ppm menjadi kurang dari 5 ppb. (www.ozono.com)
Metode Reagen Fenton memiliki waktu reaksi yang singkat
dibandingkan metode AOP lainnya. Beberapa kelebihan metode ini antara lain besi
dan H2O2 murah dan tidak beracun, tidak ada batasan
transfer massa karena katalis bersifat
homogen, tidak ada energi terlibat sebagai katalis, dan proses ini mudah
dilakukan serta dikontrol. Metode ini telah dipakai secara luas dalam
penanganan limbah tekstil dan kertas, serta limbah dari industri farmasi.
Parameter utama dalam metode Reagen Fenton adalah pH
larutan, jumlah ion Fe2+, konsentrasi H2O2, konsentrasi awal polutan, dan kehadiran
ion-ion lain. Beberapa studi menyimpulkan bahwa efisiensi oksidasi optimum
ketika jumlah H2O2 dan Fe2+ tidak berlebih,
sehingga jumlah radikal hidroksil mencapai nilai maksimum untuk melakukan
oksidasi zat-zat organik.
Pada metode reagen Fenton, pH optimum berkisar antara 2
sampai 4 (Gogate and Pandit, 2004a). Kenaikan ion Fe2+ dan
konsentrasi H2O2 dapat meningkatkan laju degradasi COD
(Lin and Lo, 1997). Namun, jumlah H2O2 berlebih akan
menurunkan efisiensi degradasi karena proses Fenton ini kemudian diikuti oleh
oksidasi biologis (Gogate and Pandit, 2004b). Laju penurunan COD akan meningkat
seiring dengan kenaikan dosis efektif H2O2 hingga
mencapai nilai ‘kritis’ (Galindo and Kalt, 1998; Arslan et al., 1999; Nilsun 1999). Konsentrasi H2O2 yang tinggi akan mengakibatkan H2O2 bertindak sebagai radical scavenger,
sementara konsentrasi H2O2 yang
terlalu sedikit tidak cukup menghasilkan radikal hidroksil.
Dincer et al.
(2008) melakukan studi mengenai penurunan COD dari limbah industri minyak dan
melaporkan bahwa penurunan COD sebesar 86% tercapai pada perbandingan massa H2O2/Fe2+
= 8,7 (w/w), pH = 3, dan waktu reaksi 60 menit. Sedangkan bila digunakan metode
Photo Fenton, penurunan COD yang dicapai sebesar 81% pada perbandingan = 168
(w/w), pH = 3, dan waktu reaksi 210 menit. Penggunaan metode Photo Fenton pada
penanganan olive mill wastewater
(OMWW) menghasilkan color removal lebih dari 90% (Ferreira et al., 2008). Pada studi tersebut, kondisi optimal dicapai ketika
6 ml H2O2 (70%) dan 1 ml FeSO4 (0,5 M)
ditambahkan ke dalam 50 ml OMWW (waktu reaksi = 6 hari, pH = 4,2). El Gohary et al. (2008) mendapatkan hasil
penurunan COD sebesar 83% menggunakan pH antara 2-3, waktu reaksi 90 menit, dan
H2O2/Fe2+ = 10 (w/w).
Mosteo et al.
(2008) menggunakan proses Photo Fenton heterogen pada penanganan limbah cair
industri wine. Hampir 50% penurunan TOC tercapai dengan konsentrasi H2O2
awal sebesar 0,1 M dan waktu reaksi selama 24 jam. Oksidasi fenton juga
digunakan untuk penanganan landfill
leachate. Petruzzelli et al.
(2007) mendapatkan penurunan COD hampir sebesar 50% pada pH = 3,2, H2O2/Fe2+
= 13 (w/w), dan waktu reaksi 120 menit.
No comments:
Post a Comment